Rabu, 03 Oktober 2012

Poomsae Taegeuk (dari Sabuk Putih sampai Hitam)

 

SABUK PUTIH

 SABUK KUNING

 
 SABUK KUNING - HIJAU

 
 SABUK HIJAU

 
 SABUK HIJAU - BIRU

 
 SABUK BIRU

 
 SABUK BIRU - MERAH

 
 SABUK MERAH


 
 SABUK MERAH - HITAM


 
                                                                    SABUK HITAM

Semoga Bermanfaat~

Aturan Baru Kejuaraan Taekwondo~


Aturan Baru Kejuaraan Taekwondo Penggunaan Body Protector Electric
Dalam Waktu dekat PBTI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia) akan mengeluarkan aturan baru yaitu penggunaan Body Protector Electric dalam kejuaraan kyorugi. Aturan tersebut akan mulai dilaksanakan pada even PON mendatang.

Body Protector Electric ini tergolong mahal harganya, yaitu satu unit body protector electronic seharga Rp 10 juta. Dengan adanya peraturan baru ini akan sangat berdampak pada strategi yang digunakan. Adanya peralatan tambahan ini dipastikan juga akan memengaruhi strategi. Sebab alat ini dipasang di kaki dan badan. Penilaian akan dilakukan lewat komputer.

Proses Penggapaianku~

Dengan kalian segalanya ku punya
Dengan kalian segalanya ku miliki
Dengan kalian juga aku menghargai
Dan dengan kalian pula aku mencintai
       Jiwa ini tak pernah bergoyah
       Dan takkan pernah runtuh selamanya
       Semuanya seperti telah teratur
       Tanpa ku tau siapa yang mengatur
Ku pernah berkorban dengan kalian
Ku pernah rasakan lelah, letih, dan sakit
Tangis, hancur, bahkan lebur pun ku rasakan
Segala kepedihan itu pernah ku dapat dengan kalian
       Tapi semuanya tak kosong, tak hampa
       Ada sebuah arti di balik segala kepedihan itu
       Penghancuran itu, pengorbanan itu, bahkan tangisan itu
       Membuatku tahu SIAPA AKU SEBENARNYA ?
Terimakasih bapak, terimakasih ibu
Terimakasih kakak, terimakasih adik
Betapa besar kalian membantuku
Dalam proses penggapaian anganku ini

Kali Ini ke Pantai Bande Alit~




Kita Meluncur ke Pulau Sempu~





Selasa, 02 Oktober 2012

Termilogi Taekwondo

    Sabeum = Instruktur/Pelatih
    Sabeum Nim = Instruktur Kepala/Pelatih Utama
    Seonbae = Senior
    Hubae = Junior
    Tae Kwon Do Junshin = Prinsip Ajaran Tae Kwon Do
    Muknyeom = Meditasi
    Dobok = Seragam Tae Kwon Do
    Ti = Sabuk Latihan
    Oen = Kiri
    Oreon = Kanan
    Joonbi = istirahat
    Sijak = Mulai (Tanpa Komando(biasa dilakukan di poomse))
    Kalryeo = Stop (Sementara)
    Keysok = Lanjutkan
    Keuman = Selesai
    A Nee = Tidak
    Yee = Ya
    Eolgol = Sasaran atas (Kepala)
    Moumtong = Sasaran tengah (Badan)
    Arae = Sasaran bawah (Pinggang kebawah)
    Kyungrye = Hormat
    Chariot = Mempersiapkan Diri
    Nici= Sekian
    Belci Ki Manisi = Tempat Istirahat
    Menicip = Pengawas Taekwondo
    Dobeon = Dua Kali
    Sambeon = Tiga Kali
    Illjang = Satu
    Yeejang = Dua
    Samjang = Tiga
    Sahjang = Empat
    Ohjang = Lima
    Yukjang = Enam
    Chiljang = Tujuh
    Paljang = Delapan

Filosofi Sabuk Taekwondo~

  • Putih melambangkan kesucian, awal/dasar dari semua warna, permulaan. Di sini para taekwondoin mempelajari jurus dasar (gibon) 1
  •     Kuning melambangkan bumi,disinilah mulai ditanamkan dasar-dasar TKD dengan kuat.Mempelajari gibon 2 dan 3. Sebelum naik sabuk hijau biasanya naik ke sabuk kuning strip hijau terlebih dahulu.
  •     Hijau melambangkan hijaunya pepohonan, pada saat inilah dasar TKD mulai ditumbuhkembangkan.(mempelajari taeguk 2). Sebelum naik ke sabuk biru biasanya naik ke sabuk hijau strip biru terlebih dahulu.
  •     Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya,memberi arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.(mempelajari taeguk 4). Sebelum naik sabuk merah biasanya naik ke sabuk biru strip merah terlebih dahulu.
  •     Merah melambangkan matahari artinya bahwa kita mulai menjadi pedoman bagi orang lain dan mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap dan tindakan kita.(mempelajari taeguk 6). Sebelum naik sabuk hitam, biasanya naik ke sabuk merah strip dua dan merah strip satu dahulu. Maksud dari matahari adalah tingkaran di mana seorang sabuk merah memberi kehangatan atau dalam arti denotasi mulai memberi ilmu atau bimbingan.
  •     Hitam melambangkan akhir, kedalaman, kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan kegelapan. Hitam memiliki tahapan dari Dan 1 hingga Dan 9. Juga melambangkan alam semesta.

mau tahu Taekwondo itu apa ?

Taekwondo (juga dieja Tae Kwon Do, Taekwon-Do) adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olah raga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia dan juga dipertandingkan di Olimpiade. Taekwondo di Indonesia semakin populer sejak dipromosikan secara besar-besaran oleh Saseong Nim Daxon Joetandi (Dan VII Kukkiwon), seorang bankir profesional yang terkenal sebagai pemegang sabuk hitam termuda di Indonesia sejak berumur 7 tahun.

Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki"; Kwon berarti "tinju"; dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.

Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).

Kisah Hidup Soe Hok Gie


Ketika Mira Lesmana dan Riri Riza menggarap film Gie, Soe Hok Gie, sudah 36 tahun terlelap dalam tidur abadinya. Buku hariannya Catatan Harian Seorang Demonstran sudah 10 tahun menghilang dari toko buku.

Wajar saja jika pertanyaan “Siapa Soe Hok Gie? akan dijawab orang berbeda-beda. Di mata mahasiswa ia adalah seorang demonstran tahun 60-an. Namun di mata pecinta alam dia adalah anak Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam UniversitasIndonesia) yang tewas di Semeru tahun 1969.

MELAMUN DI ATAS GENTING
“Gila! Umur 14 tahun dia sudah baca bukunya Gandhi, Tagore (Rabindranath Tagore, filsuf India-Red). Saya mungkin perlu waktu 10 tahun untuk bisa mengejar, puji Nicholas Saputra tentang Gie.

“Saya sering mendapatinya asyik membaca di bangku panjang dekat dapur, kenang kakaknya, sosiolog Arief Budiman yang kini menetap di Australia. Kakak perempuannya Dien Pranata punya kenangan berbeda. Ketika anak-anak sebayanya asyik mengejar layangan, Gie malah nongkrong di atap genting rumah. “Matanya menerawang jauh, seperti mencoba menyelami buku-buku yang dibacanya.

Selain membaca, Gie juga suka menulis buku harian. Sejak usia 15 tahun, setiap hari, ia menulis apa saja yang dialaminya. Catatan harian pertamanya bertanggal 4 Maret 1957, ketika ia masih duduk di kelas 2 SMP Stada. Catatan terakhir bertanggal 10 Desember 1969, hanya seminggu sebelum kematiannya.

BERANI MENGKRITIK
Di zaman Gie, kampus menjadi ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang atau mendukung pemerintahan Bung Karno. Sepanjang 1966-1969 Gie berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Uniknya ia tak pernah menjadi anggota KAMI, organisasi yang menjadi lokomotif politik angkatan 66.

Gie lebih banyak berjuang lewat tulisan. Kritiknya pada Orde Lama dan Presiden Soekarno digelar terbuka lewat diskusi maupun tulisan di media masa. Ketika pemerintahan Soekarno ditumbangkan gerakan mahasiswa Angkatan 66, Gie memilih menyepi ke puncak-puncak gunung ketimbang menjadi anggota DPR-GR.

Sebagai anak muda, walaupun suka mengkritik dan doyan menyendiri, Gie ternyata sangat “gaul. “Penampilannya, biasa aja. Tapi kenalannya orang berpangkat dan nama-nama beken. Saya tahu, karena sering ikut dia. Misalnya saat ambil honor tulisan di Kompas atau Sinar Harapan. Nggak terbayang dia bisa kenalan dengan penyair Taufik Ismail dan Goenawan Mohamad! “, kata Badil.

TEWAS DI PUNCAK SEMERU
“Saya selalu ingat kematian. Saya ingin ngobrol-ngobrol, pamit, sebelum ke Semeru, begitu penggalan catatan harian Gie, Senin, 8 Desember 1969. Seminggu setelah itu, ia bersama Anton Wiyana, A. Rahman, Freddy Lasut, Idhan Lubis, Herman Lantang, Rudy Badil, Aristides Katoppo berangkat ke Gunung Semeru.

Siapa mengira, itulah terakhir kalinya mereka mendaki bersama Gie. Tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulangtahunnya ke 27 Gie dan Idhan Lubis tewas saat turun dari puncak karena menghirup uap beracun. Herman Lantang yang berada di dekat Gie saat kejadian melihat Gie dan Idhan kejang-kejang, berteriak dan mengamuk. Herman sempat mencoba menolong dengan napas buatan, tapi gagal.

Musibah kematian Gie di puncak Semeru sempat membuat teman-temannya bingung mencari alat transportasi untuk membawa jenazah Gie ke Jakarta. Tiba-tiba sebuah pesawat Antonov milik AURI mendarat di Malang. Pesawat itu sedang berpatroli rutin di Laut Selatan Jawa, Begitu mendengar kabar kematian Gie, Menteri Perhubungan saat itu Frans Seda memerintahkan pesawat berbelok ke Malang. “Saat jenasah masuk ke pesawat, seluruh awak kabin memberi penghormatan militer. Mereka kenal Gie!, kata Badil.
Jenasah Gie semula dimakamkan di Menteng Pulo. Namun pada 24 Desember 1969, dia dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang agar dekat dengan kediaman ibunya. Dua tahun kemudian, kuburannya kena gusur proyek pembangunan prasasti. Keluarga dan teman-temannya, memutuskan menumbuk sisa-sisa tulang belulang Gie.

“Serbuknya kami tebar di antara bunga-bunga Edelweiss di lembah Mandalawangi di Puncak Pangrango. Di tempat itu Gie biasa merenung seperti patung, kata Rudy Badil.
hok-gie.jpg

Soe Hok Gie dan Semeruu~


Enam belas Desember 30 tahun lalu, Soe Hok Gie, tokoh mahasiswa dan pemuda, meninggal dunia di puncak Gunung Semeru, bersama Idhan Dhanvantari Lubis. Sosok dan sikapnya sebagai pemikir, penulis, juga aktivis yang berani, coba ditampilkan Rudy Badil, yang mewakili rekan lainnya, Aristides (Tides) Katoppo, Wiwiek A. Wiyana, A. Rachman (Maman), Herman O. Lantang dan almarhum Freddy Lasut.
“Siap-siap kalau mau ikut naik lagi ke Gunung Semeru. Kasih kabar secepatnya, sebab harus ada persiapan di musim penghujan Desember, juga pertengahan Desember itu bulan puasa Ramadhan,” kata Herman O. Lantang, mantan pimpinan pendakian Musibah Semeru 1969, yang masih amat bugar di umurnya yang sudah lewat 57 tahun.
Terkejut dan tersentuh juga saya saat mendengar ajakan Herman itu. Dia merencanakan membentuk tim kecil untuk mendaki puncak Semeru lagi Desember ini, sambil memperingati 30 tahun meninggalnya dua sobat lama kami, Soe Hok Gie dan Idhan Lubis. “Kita juga akan berdoa, sekalian mengenang Freddy Lasut yang meninggal beberapa bulan lalu,” lanjutnya.
Soe meninggal dunia saat baru berumur 27 tahun kurang sehari. Idhan malah baru 20 tahun. “Tanpa terasa Soe sudah tiga dasawarsa meninggalkan kita sejak Orde Baru … perkembangan yang terjadi di Tanah Air dalam dua tahun terakhir ini, khususnya gerakan mahasiswa yang telah menggulingkan pemerintahan Orde Baru, mengingatkan kita kembali pada situasi tahun 1960-an, ketika Soe masih menjadi aktivis mahasiswa kala itu,” begitu bunyi naskah buku kecil acara “Mengenang Seorang Demonstran”, (berisikan antara lain diskusi panel soal bangsa dan negara Indonesia ini), yang bakal diselenggarakan Iluni FSUI dan Alumni Mapala UI.
Kasih Batu dan Cemara
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Soe yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), di benak saya mulai tergali suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di Gunung Semeru.
Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya Gunung Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, bersama Maman saya terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan. Kami menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru.
Di depan kelihatan Soe sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan. Sempat pula kami berpapasan dengan Herman dan Idhan. Kelihatannya kedua teman itu akan menjadi yang paling akhir mendaki ke Mahameru.
Dengan tertawa kecil, Soe menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan‘ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum bersama Maman saya turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).
Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, kami menunggu datangnya Herman, Freddy, Soe, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.
Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Soe dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, kami berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Soe, dan Idhan berkali-kali.
Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Soe dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Kami berharap semoga Soe dan Idhan cuma pingsan, besok pagi siuman lagi untuk berkumpul dan tertawa-tawa lagi, sambil mengisahkan pengalaman masing-masing.Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan. Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta kami menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.
“Cek lagi keadaan Soe dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, kami berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang.Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, kami yakin kalau Soe dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Kami jumpai jasad kedua kawan kami sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil Gunung Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Soe dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Kami semua diam dan sedih.
Mengapa Naik Gunung
Sejak dari Jakarta Soe sudah merencanakan akan memperingati hari ultahnya yang ke-27 di Puncak Mahameru. Malam sebelumnya, tanggal 15 Desember, dalam tenda sempit di tepi hutan Cemoro Kandang, Soe yang amat menguasai lirik dan falsafah lagu-lagu tertentu, meminta kami menyanyikan lagu spiritual negro, Nobody Knows, sampai berulang-ulang. Padahal irama lagu ini monoton sampai sudah membosankan kuping dan tenggorokan.
Idhan yang pendiam, cuma duduk tertawa-tawa, sambil mengaduk-aduk rebusan mi hangat campur telur dan kornet kalengan. Malam dingin dan hujan itu, kami bertujuh banyak bercerita, termasuk mendengarkan rencana Soe yang mau berultah di puncak gunung. “Pokoknya gue akan berulang tahun di atas,” katanya sambil mesam-mesem. “Nyanyi lagi dong. Lagu Donna Donna-nya Joan Baez itu bagus sekali.”
Pagi hari nahas itu, sebelum berkemas untuk persiapan pendakian ke puncak, kami sarapan berat. Soe yang biasanya cuma bercelana pendek, kini memakai celana panjang dengan sepatu bot baru. Bahkan dia mengenakan kemeja kaus warna kuning dengan simbol UI di kantung. “Keren enggak?” Tanyanya.
Rombongan pun berjalan mendaki, menuju Puncak Mahameru dari dataran di kaki Gunung Bajangan. Soe sebagaimana biasanya, selalu memanggul ransel besar dan berat, berjalan gesit sambil banyak cerita dan komentar. Ia mengisahkan bahwa di sekitar daerah itu pasti masih banyak harimau karena dia menemukan jejak kakinya. Dia juga menyebut kalau Cemoro Kandang berlumpur arang gara-gara kebakaran hutan pinus tahunan, sebagai pertanda seleksi alam dan proses regenerasi tanaman hutan.
Dosen sejarah ini terus nyerocos kepada mahasiswanya (saya), asal muasal nama recopodo alias arca kembar, serta mitologi Puncak Mahameru yang berkaitan dengan nasib Pandawa Lima dalam pewayangan Jawa. Namun sang mahasiswa juga membayangkan dengan geli, betapa kagetnya wakil DPR-RI saat itu ketika menerima bingkisan dari kelompok Soe berisi gincu dan cermin sebagai perlambang fungsi anggota DPR yang banci. Sayang, cuma segitu ingatan saya tentang Soe pada jam-jam terakhirnya.
Yang masih tetap terngiang justru rayuan dan “falsafahnya”, kala mengajak seseorang mendaki gunung. “Ngapain lama-lama tinggal di Jakarta. Mendingan naik gunung. Di gunung kita akan menguji diri dengan hidup sulit, jauh dari fasilitas enak-enak. Biasanya akan ketahuan, seseorang itu egois atau tidak. Juga dengan olahraga mendaki gunung, kita akan dekat dengan rakyat di pedalaman. Jadi selain fisik sehat, pertumbuhan jiwa juga sehat. Makanya yuk kita naik gunung. Ayo ke Semeru, sekali-kali menjadi orang tertinggi di P. Jawa. Masa cuma Soeharto saja orang tertinggi di P. Jawa ini,” kira-kira begitu katanya, sambil menyinggung nama mantan Presiden Soeharto, nun sekitar 30 tahun lalu.
Memang pendakian ke Semeru ini merupakan proyek kebanggaan Mapala FSUI 1969. Soe dengan keandalannya melobi kiri-kanan, mampu mengumpulkan dana untuk subsidi penuh beberapa rekan yang mahasiswa bokek sejati.
Singkat cerita, musibah sudah terjadi. Soe mungkin tidak membayangkan betapa kematiannya bersama Idhan Lubis bikin repot setengah mati banyak orang. Kami yang ditinggal dalam suasana tak menentu, selama sembilan hari benar-benar hidup tidak kejuntrungan. Selain puasa sampai tiga hari karena kehabisan makanan, kami makin sedih saat menerima surat dari Tides via kurir, menanyakan keadaan Soe dan Idhan.
Herman, kami sudah sampai di Gubuk Klakah hari Kamis pagi, sesudah jalan sepanjang malam (sekitar 20 jam). Pak Lurah menyanggupi tenaga bantuan 10 orang dan bekal. Mohon kabar bagaimana Soe, Idhan, dan Maman dll. secepatnya mendahului rombongan … Tides dan Wiwik 18-12-69.
Saya pun terpilih menjadi kurir, mendahului rombongan sambil membawa surat untuk Tides. Isinya apalagi kalau bukan minta bantuan tenaga dan bahan makanan. Herman pun menulis surat: Saya tunggu di Cemorokandang dan bermaksud menunjukkan “site” tempat jenazah Soe dan Idhan … kirimkan: gula/gula jawa, nasi, lauk, permen, pakaian hangat … sebanyak mungkin!
Akhirnya, semua bantuan tiba. Seluruh anggota rombongan baru berkumpul lagi pada tanggal 22 Desember di Malang. Kurus dan kelelahan. Maman terpaksa dirawat khusus beberapa hari di RS Claket. Sedangkan Soe dan Idhan, terbaring kesepian di dalam peti jenazah masing-masing. Untuk terakhir kali, kami tengok Soe dan Idhan. Soe yang mati muda, terbujur kaku dengan kemeja tangan panjang putih lengkap dengan dasi hitam. Jenis barang yang tidak mungkin dipakai semasa hidupnya.
Monyet Tua Yang Dikurung
Kalau diingat-ingat, selama beberapa minggu sebelum keberangkatan dengan kereta api ke Jatim, Soe memang suka berkata aneh-aneh. Beberapa kali dia mengisahkan kegundahannya tentang seorang kawan yang mati muda gara-gara ledakan petasan. Ternyata dalam buku hariannya di CSD, Hok Gie menulis: “… Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin ngobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru ….”
Soe yang banyak membaca dan sering diejek dengan julukan “Cina Kecil”, memanfaatkan kebeningan ingatannya untuk menyitir kata-kata “sakti” filsuf asing. Antara lain, tanggal 22 Januari 1962, ia menulis: “Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
Soe yang penyayang binatang (dia memelihara beberapa ekor anjing, banyak ikan hias dan seekor monyet tua jompo), sebelum musibah Semeru itu sempat berujar: “Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”
Arief Budiman, sang kakak yang menjemput jenazah Soe di Gubuk Klakah, juga merasakan sikap aneh adiknya. Sebelum dia meninggal pada bulan Desember 1969, ada satu hal yang pernah dia bicarakan dengan saya. Dia berkata, “Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang … makin lama makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan … Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian.” (CSD) Arief sendiri mengungkapkan, ibu mereka sering gelisah dan berkata: “Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang.” Terhadap Ibu, dia cuma tersenyum dan berkata: “Ah, Mama tidak mengerti”.
Arief pun menulis kenangannya lagi: … di kamar belakang, ada sebuah meja panjang. Penerangan listrik suram karena voltase yang selalu naik turun kalau malam hari. Di sana juga banyak nyamuk. Ketika orang-orang lain sudah tidur, sering kali masih terdengar suara mesin tik … dari kamar yang suram dan banyak nyamuk itu, sendirian, sedang mengetik membuat karangan … saya terbangun dari lamunan … saya berdiri di samping peti matinya. Di dalam hati saya berbisik, “Gie kamu tidak sendirian”. Saya tak tahu apakah Hok Gie mendengar atau tidak apa yag saya katakan itu.
Mimpi seorang Mahasiswa Tua
John Maxwell yang menyusun disertasinya, Soe Hok Gie – A Biography of A Young Indonesia Intellectual (Australian National University, 1997), menjabarkan betapa banyaknya komentar penting terhadap kematian Hok Gie. Harian Indonesia Raya yang masa itu sedang gencar-gencarnya mengupas kasus korupsi Pertamina-nya Ibnu Sutowo, memuat tulisan moratorium tentang Soe secara serial selama tiga hari.
Mingguan Bandung Mahasiswa Indonesia, mempersembahkan editorial khusus:
…Tanpa menuntut agar semua insan menjadi seorang Soe Hok-gie, kita hanya bisa berharap bahwa pemuda ini dapat menjadi model seorang pejuang tanpa pamrih … kita membutuhkan orang seperti dia, sebagai lonceng peringatan yang bisa menegur kita manakala kita melakukan kesalahan.
Di luar negeri, berita kematian Soe sempat diucapkan Duta Besar RI Soedjatmoko, di dalam pertemuan The Asia Society in New York, sebagai berikut:
… Saya ingin menyampaikan penghormatan pada kenangan Soe Hok-gie, salah seorang intelektual yang paling dinamis dan menjanjikan dari generasi muda pasca kemerdekaan …. Komitmennya yang mutlak untuk modernisasi demokrasi, kejujurannya, kepercayaan dirinya yang teguh dalam perjuangan … bagi saya ia memberikan suatu ilustrasi tentang adanya kemungkinan suatu tipe baru orang Indonesia, yang benar-benar asli orang Indonesia. Saya pikir pesan inilah yang telah disampaikannya kepada kita, dalam hidupnya yang singkat itu.
Kepada Ben Anderson, pakar politik Indonesia yang juga kawan lengket Soe, dalam salah satu surat terakhirnya, Soe menulis,
… Saya merasa semua yang tertulis dalam artikel-artikel saya adalah sejumput petasan. Dan semuanya ingin saya isi dengan bom!
Dari cuplikan berbagai tulisan Soe, terasa sekali sikap dan pandangannya yang khas. Misalnya, Soe pernah menulis begini:
Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama – buruh – dan pemuda, bangkit dan berkata – stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Khusus soal mahasiswa, menjelang lulus sebagai sejarawan, 13 Mei 1969, Soe sempat menulis artikel Mimpi-Mimpi Terakhir Seorang Mahasiswa Tua. Dalam uraian tajam itu, ia menyatakan:
… Beberapa bulan lagi saya akan pergi dari dunia mahasiswa. Saya meninggalkan dengan hati berat dan tidak tenang. Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan … Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.
Saat dirinya masuk korps dosen FSUI, secara blak-blakan Soe mengungkap ada dosen yang membolos 50% dari jatah jam kuliahnya. Bahkan ada dosen menugaskan mahasiswa menerjemahkan buku. Terjemahan mahasiswa itu dipakainya sebagai bahan pengajaran, karena sang dosen ternyata tidak tahu berbahasa Inggris.
Masih di seputar mahasiswa, dalam nada getir, Soe menulis:
… Hanya mereka yang berani menuntut haknya, pantas diberikan keadilan. Kalau mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut haknya, biarlah mereka ditindas sampai akhir zaman oleh sementara dosen-dosen korup mereka.
Khusus untuk wakil mahasiswa yang duduk dalam DPR Gotong Royong, Hok Gie sengaja mengirimkan benda peranti dandan. Sebuah sindiran supaya wakil mahasiswa itu nanti bisa tampil manis di mata pemerintah. Padahal wakil mahasiswa itu teman-temannya sendiri yang dijuluki “politisi berkartu mahasiswa”. Langkah Soe ini membuat mereka terperangah. Sayangnya, momentum ini kandas. Soe Hok Gie keburu tewas tercekik gas beracun di Puncak Mahameru.
Berpolitik Cuma Sementara
John Maxwell dalam epilog naskah buku Mengenang Seorang Demonstran (November 1999), menulis begini,
“Saya sadar telah menulis tentang seorang pemuda yang hidupnya berakhir tiba-tiba, dan terlalu dini dengan masa depan yang penuh dengan kemungkinan yang begitu luas.”
Kita telah memperhatikan bagaimana Soe Hok Gie terpana politik dan peristiwa nasional, setidak-tidaknya sejak masih remaja belasan tahun … namun hasratnya terhadap dunia politik, diredam oleh penilaiannya sendiri bahwa dunia politik itu pada dasarnya lumpur kotor. Semua orang seputar Soekarno dinilainya korup dan culas, sementara pimpinan partai dan politisi terkemuka, tidak lebih dari penjilat dan bermental “asal bapak senang”, serta “yes men”, atau sudah pasrah.
Pandangan ini menjadi latar belakang pembelaan Soe akan kekuatan moral dalam politik di awal tahun 1966. Keikutsertaannya dalam politik hanya untuk sementara. Pada pertengahan tahun yang sama, dia menyampaikan argumentasi bahwa sudah tiba saatnya bagi mahasiswa untuk mundur dari arena politik dan membiarkan politisi profesional bertugas, membangun kembali institusi politik bangsa.”
Demikian tulis Maxwell.
Soe memang sudah bersikap. Dia memilih mendaki gunung daripada ikut-ikutan berpolitik praktis. Dia memilih bersikap independen dan kritis dengan semangat bebas. Pikiran dan kritiknya tertuang begitu produktif dalam pelbagai artikel di media cetak. Namun secara diam-diam, Soe ternyata juga menumpahkan unek-uneknya dalam bentuk puisi indah. Salah satunya Mandalawangi-Pangrango yang terkenal di kalangan pendaki gunung.
Pemuda lajang yang sempat pacaran dengan beberapa gadis manis FSUI, selain kutu buku, macan mimbar diskusi, kambing gunung, tukang nonton film, juga penggemar berat folk song (meski sama sekali tak becus bernyanyi merdu). Berbadan kurus nyaris kerempeng, di gunung makannya gembul.
Bagi pemuda dan khususnya mahasiswa demonstran, masih ada potongan puisi Hok Gie yang sempat tercecer, baru muncul di harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973. Judulnya “Pesan” dan cukilan pentingnya berbunyi:
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi.
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

A Place To Be Alone~

If I could catch a rainbow .I would do it just for you .And share with you it's beauty .On the days you're feeling blue .If I could build a montain .You could call your very own .A place to find serenity .A place to be alone .If I could take your troubles .I would toss them in the sea .But all these things I'm finding .Are impossible for me , I cann't build a mountain .Or catch a rainbow fair .But le me be...what I know best, a friend that's always there .

Ku Coba Bertahan~


saat perpisahan itu datang
semua yang ku miliki musnah
semua kebahagiaanku
dan segala kebersamaanku
       semua terjadi
       saat ku tak paham
       arti dari sebuah perceraian
       yang telah hancurkan semua
wajar,
jika ku sedih
karena aku tak dapat
suasana bahagia dalam keluarga
       aku sangat ingat
       di mana saat itu
       ayah pergi tinggalkanku
       mama dan juga saudara kecilku
namun sampai saat ini
ku selalu coba tegar
hadapi realita
tanpa tetes air mata

Progam Latihan~


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam latihan Taekwondo :
1. Berdoa.
2. Ucap janji Taekwondo Indonesia
3. Streching
4. latihan:
- Pendahuluan
- Inti
- Variasi
- Permainan
5. Cooling Down

Materi Latihan:
1. Basic/dasar.
Gerakan basic atau dasar dalam Taekwondo berupa sikap kuda-kuda dan tangkisan.
a. Kuda-Kuda
Kuda-kuda adalah bagaimana posisi kaki kita dalam menopang badan kita. Dalam Taekwondo kuda-kuda berupa kuda-kuda pendek (Up Soogi), kuda-kuda panjang (Up Kubi), dan kuda-kuda L.
- Kuda-kuda Pendek (Up Soogi)
Posisi kuda-kuda pendek adalah layaknya orang yang berjalan biasa. Posisikan kaki normal/selebar bahu.
- Kuda-kuda Panjang (Up Kubi)
Posisi kaki dalam kuda-kuda panjang adalah posisi kaki yang depan ditekuk dan kaki belakang lurus. Jarak kedua kaki kurang lebih satu meter. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah posisi kedua kaki tidak sejajar, posisikan selebar bahu dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan.
- Kuda-kuda L
Posisi kaki seperti huruf L dengan membentuk sudut 90 derajat. Posisi kuda-kuda L sama seperti kuda-kuda Up Kubi, tetapi kaki belakang yang di tekuk, sedangkan kaki depan agak ditekuk sedikit. Beban tertumpu pada titik tengan antar kedua kaki.
NB:
- Posisi badan saat melakukan Up Soogi maupun Up Kubi adalah lurus mengahadap kedepan. Unuk melatih posisi tubuh agar lurus kedepan bisa dilakukan dengan melangkah dan posisi tangan berkacak pinggang. Cara ini dapat dilakukan pada awal latihan dan jika siswa sudah mampu menguasai posisi tubuh, latihan dilanjutkan dengan melangkah maju/mundur tanpa berkacak pinggang.
- Posisi badan untuk kuda-kuda L adalah serong 45 derajat.

b. Tangkisan
Dalam Taekwondo tangkisan digunakan untuk mem-blok serangan lawan. Tangkisan berupa tangkisan bawah (Area), tengah (momtong), dan atas (Eogol). Tangkisan menggunakan tangan yang terdiri dari tangan bagian dalam (Un Palmok), dan tangan bagian luar (Bakat Palmok)
1. Tangkisan Bawah
Bakat Palmok Area Maki atau tangkisan bawah dengan menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok). Berfungsi untuk melindungi kaki depan ataupun mem-blok serangan lawan dengan tangan.
Cara pengambilan:
- posisikan kaki sejajar dalam posisi siap (junbi).
- posisi tangan kanan lurus ke bawah, tangkisan diambil dengan menggunakan tangan kiri dari atas (kira-kira setinggi bahu) dengan posisi kepalan menghadap ke wajah.
- tarik tangan kiri ke bawah sepanjang tangan kanan diikuti dengan majunya kaki kiri dengan sikap kuda-kuda up kobi.
2. Tangkisan Tengah
- Bakat Palmok Momtong An Maki
Tangkisan dari dalam keluar dengan menggunakan tangan bagian luar.
- Bakat Palmok Momtong Bakat Maki
Tangkisan dari luar ke dalam dengan menggunakan tangan bagian luar.
- An Palmok Momotong An Maki
Tangkisan dari dalam dengan menggunakan tangan bagian dalam.
- Bol Jumok Momtong An Maki
3. Tangkisan Atas (Bakat Palmok Eogol Maki)
- tangkisan diatas kepala berfungsi untuk melindungi jidat dari pukulan ataupun tendangan. Menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok)
NB: cara pengambilan diikuti oleh gerak tubuh yang berfungsi sebagai penambah efek hentakan dan tenaga.

2. Tendangan.
Tendangan paling mendasar dalam Taekwondo adalah tendangan depan (Up Chagi) dan tendangan samping (Dolto Chagi). Kedua tendangan ini kemudian akan dikembangan dengan berbagai variasi.
a. Up Chagi
Disebut juga dengan tendangan depan. Cara pengambilannya, dalam posisi up soogi angkat kaki belakang setinggi rata-rata air (kedua kaki tetap rapat) dan lutut ditekuk membentuk sudut 90 derajat kemudian ditendangkan, dilecutkan/snap yang akan memberikan efek kecepatan. Setelah menendang usahakan kaki turun depan untuk pemula. Pengambilan tendangan dari depan, bukan dari samping (kalau diambil dari samping yang terbentuk adalah tendangan sabit dalam pencak silat). Semakin tinggi sasaran tendangan maka kaki depan diangkat semakin tinggi.
b. Dolyo Chagi
Pada dasarnya sama dengan up chagi, haya saja tendangan diarahkan ke samping dan memotong (bukan keatas). Ketika kaki belakang sudah diangkat, putar tubuh 90 derajat, gunakan kaki satunya untuk bertumpu dan digunakan sebagai poros perputaran kemudian tendangkan. Pergerakan pinggang sangat mempengaruhi sasaran tendangan. Gunakan snap untuk menimbulkan efek kecepatan. Latihan ini juga bisa dilakukan dengan menempel pada tembok untuk membenarkan arah tendangan.

NB: efek snap sangat dibutuhkan dalam setiap tendangan, karena akan menambah kecepatan dan sangat menentukan tendangan berikutnya. Snap bisa dilatih dengan sering melipat-lipat lutut. Posisikan tubuh dalam posisi duduk sinden kemudian angkat pantat naik turun atau dengan posisi berbaring. Angkat kedua kai dan kemudian lakukan tendangan dengan kedua kaki secara bergantian.
Variasi Tendangan
- Iddan
- Nare chagi
- Nario
- Mal badak
- Pekta chagi
- Dolkey
- Yap chagi
- Tio
- Dwirigi
- Dwichagi

Istilah-Istilah di Taekwondo


    • Pukulan
    * Yeop Jireugi = Pukulan Samping
    * Chi Jireugi = Pukulan Dari Bawah Keatas
    * Dolryeo Jireugi = Pukulan Mengait
    * Pyojeok Jireugi = Pukulan Dengan Sasaran
    * momtong jireugi= pukulan mengarah ke tengah(pukulan mengarah ke perut)
    * are jireugi= pukulan ke bawah
    * oreon jireugi= pukulan dengan tangan kanan yang dilakukan sambil menendang(ap chagi)
    * Eolgol jireugi=pukulan ke atas (pukulan mengarah ke kepala)

    • Tendangan

    * Ap Chagi = Tendangan Kedepan
    * Dollyo Chagi = Tendangan Melingkar Depan
    * Yeop Chagi = Tendangan Samping
    * Dwi Chagi = Tendangan Kebelakang
    * Twieo Dwi Chagi = Tendangan kebelakang Yang Dilakukan Sambil Melompat
    * momtong ap chagi=tendangan mengarah ke tengah(mengarah ke perut)
    * Mirro Chagi = tendangan mendorong

    • Tangkisan

    * aremaki = Tangkisan bawah
    * Elgol maki = Tangkisan ke arah kepala
    * Bakat Momtong Bakat Maki = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah.
    * Bakat Momtong An Maki = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah.
    * An Maki = tangkisan darri arah luar.
    * bina maki an maki= tangkisan yang dimulai dari lengan bawah dan saat masuk ke dalam harus melalui lengan atas.
    * am palmo mongtong bakat maki= tangkisan ke arah lengan bawah
     
  • * An son keut : Tusukan satu jari (telunjuk)
  • * Pyeon son keut : Tusukan dengan 4 jari tengah, posisi telapak tangan vertikal
    * Charyeot Seogi : Sikap dengan kaki terbuka tangan kepal samping paha
    * Joochom Seogi : Sikap jongkok kaki sejajar
    * Ap Koobi : Sikap kuda-kuda panjang
    * Dwi Koobi : Sikap kuda-kuda belakang
    * Ap Seogi : Sikap kuda-kuda pendek
    * Arae Maki : Tangkisan ke arah bawah dengan 
    tangan bagian luar
    * Eolgol Maki : Tangkisan ke arah kepala
    * An Palmok Momtong Bakat Maki
    : Tangkisan lengan bagian luar
    * Bakat Palmok Momtong An Maki
    : Tangkisan ke luar dengan tangan bagian dalam
    * An Palmok Momtong Bakat Maki
    : Tangkisan ke dalam dengan tangan bagian luar
    * Dwi Hurigi
    : Tendangan melingkar ke arah belakang 
    * I Dan Dolyo Chagi
    : Tendangan melingkar dengan kaki depan sliding
    * Miro Chagi
    : Tendangan mendorong dengan telapak kaki bagian dalam 
    * I Dan Yeop Chagi
    : Tendangan samping dengan kaki depan sliding
    * I Dan Ap Hurigi
    : Sliding tendang mencangkul dengan kaki depan
    * Yeop Hurigi
    : Tendangan mengkait dengan kaki depan
    * Dolge Chagi
    : Putar 180o tendang melingkar, lalu tendang (dolyo chagi)
    *Narae Chagi
    : Tendang dolyo chagi beruntun ke arah perut lalu kepala atau paha lalu perut lawan, dengan satu kali lompatan
    * Mat Badad Chagi
    : Dolyo chagi digunakan khususnya untuk jarak pendek
    * Twio Dwi Chagi
    : Lompat tendang arah belakang (putar 360o)
    * I Jung Dolyo Chagi
    : Checking putar tendang melingkar
    * Ap Chagi
    : Tendangan lurus ke arah depan dengan telapak kaki bagian depan sebagai sasarab pengenaan
    * Dolyo Chagi
    : Tendangan melingkar ke arah ulu hati atau kepala, punggung kai sebagai sasaran pengenaan 
    * Deol O Chagi
    : Tendangan cangkul ke muka lawan ambil dengan lurus
    * Dwi Chagi
    : Tendangan ke arah belakang dengan tumit sebagai sasaran pengenaan 
    * Yeop Chagi
    : Tendangan ke arah samping dengan tumit sebagai sasaran pengenaan
    TaeKwon Do junshin :Prinsip ajaran taekwondo


    • Tangkisan

    * Batang Son Momtong An Maki
    : Tangkisan telapak tangan dari luar dalam
    * Bakat Palmok Arae Bakat Maki
    : Tangkisan ke arah bawah
    * Bakat Palmok Momtong Bakat Maki
    : Tangkisan ke arah tengah (ulu hati)
    * Bakat Palmok Eolgol Bakat Maki
    : Tangkisan ke arah tengah atas bahu
    * Bakat Palmok Eolgol Maki
    : Tangkisan ke arah bagian atas kepala
    * Gawi Maki
    : Tangkisan silang yang satu bawah dan samping tengah

    • Pukulan 

    * Yeop Jirugi 
    : Pukulan ke arah samping, dengan tangan yang lainnya dikepal diletakkan di pinggang
    * Chi Jirugi
    : Pukulan upper cut menggunakan satu tangan ke dagu lawan

Senin, 01 Oktober 2012

ketemu cewek eyuuhhh!

hai hai ketemu di sini yaaa :)
kemarin eh kemarin gua ketemu cewek aneh, gila, bin udik, pokoknya eyuuhhh banget dehh-_- tuh cewe gatau malu banget deh, masa iya sih deketin semua orang yang deket ama gua, kagak kreatip yaaakkk :D lebih parah bin payahnya lagi, sahabat gua nih yang dah 6 tahun deket ma gua dia gebet jugak, pake pelet dari mana tuh cwe, eyuuhh, dia kan gak punya temen makanya suka rebut temen orang, Bego banget kan ? ;) eyuhhhh.. para bloggers  jangan gituhh yak , eyuuuuhhh :p

Negeriku!


di saat mereka tertidur
dan saat mereka bermimpi
mereka tidak tahu
ada sejuta orang tak dapat tidur
       wahai perahu negeriku
       janganlah retak dindingmu
       mari bangkitlah semuanya
       berdiri dari segala keterpurukan
sadarlah....
bahwa keegoisanmu
telah hancurkan mereka
beserta masa depan mereka
       mari bangun negeriku
       jangan biarkan semuanya hancur
       mari bangkit dan bangun
       jadikan negeri pujaan

You're my best friend~


we face everything together
if you sad, I'm beside of you
if I sad you're beside of me
beside that...
if you happy, I follow you
if I happy, you follow me
when I have many problem,
you support me
You help me to finished my problem
I heart you, and you heart me
we must always together
we always help each other
I always remember you forever
cause you're my best friend forever

I'm not hero ~


I'm not superman
I cann't touch you're hand
And fly with you anywhere
but, now you go
and I don't know
where you go now
and when you will back
I know,
I'm not a hero
I can't give you anything
but, all my love just for you
I don't hope your body
Just you're understanding
I think and think
when you know this all
I hope you know,
everything in my mind
when you aware
I will wait that's all

HANCUK .

Kamu jgn t'buru2 marah ya .. Karena 'hancuk' adlh kyk lagu wajib yg di realisasi oleh alam unt org2 yg lg marah, susah, ngedumel, acu dan lain2 . Coba kamu perhatikan betul2 lingkungan dmn kamu brda ato lhtlah berita d TV, baca di koran, majalah, dan lain2 dgn byk org trjepit oleh kenaikan BBM, listrik, telepone, dan byk lg . Mrka susah, sdih, dan serba salah . Permasalahan smkin menumpuk . Mau in kita sulit, mau it kita sulit sbg teriakkan jeritan hati yg terlontar ya .. 'hancuk' itlah yg srg terlontar dr mulut mrka . Salahkah mrka?? Mnurut saya ndag . Org mrka pny hak it dan nurut nalar yg saya punya skg in byk rakyat yg jengkel . Kehidupan mrka dikebiri oleh mrka yg mengatas namakan rakyat trs mrka trpjok dlm khdpan mrka, it trmsuk saya lho .. ! Mgkn jg kamu . Coba renungkan sjnak . Kita tw dn sdh pntr bhwa istighfar it lbh baek drpd 'hancuk' tp knytaan ny 'hancuk' lbh d snang.i drpd istighfar, itlah org skg . Tp ingat jgn salahkan mrka scra brlbihan krn mrka srg kecewa dgn keadaan. By : Leman Syafak

SELALU ADA~


SELALU ADA
saat kau diatas sana
kami setia mendukungmu
saat kau tersenyum
kami pun turut tersenyum
   bahkan saat kau jatuh
   kami ulurkan tangan kami
   tuk selalu membantumu
   agar kau tetap berdiri
saat ini esok dan selamanya
kami kan selalu ada untukmu
saat dukamu dan indahmu
kami tetap ada untukmu
   mungkin kita tak ada
   tak ada di sisimu
   tetapi kan ada di hatimu
    untuk selamanya

Saat jemariku menari~


Saat jemariku menari
Saat jemariku menari
berdansa dengan indah
di atas selembar kertas putih
yang kosong tiada berisi

       ku goreskan penaku
       ku ukir kata indah
       ku curahkan inspirasiku
       dan ku tuangkan segalanya

kini kertas putih yang kosong
telah penuh akan kata-kata
semuanya telah tercurah
segala akal nan pikiran

       tak puas rasanya jemariku menari
       ku kembali ambil selembar kertas
       dan ku curahkan kembali
       segalanya yang ada di hati

My Lovely Mama~


My Lovely Mama
sinarmu pancarkan cahaya
senyummu sejukan jiwa
kasihmu sucikan kalbu
tiada hari untuk kau murka
       semuanya telah kau lakukan
       dengan senyuman indah di wajahmu
       kau korbankan jiwa raga
       hanya demi keluarga tercinta
bahagiamu adalah hidupku
senyummu adalah semangatku
dan seluruh cinta kasihmu
adalah penguat jiwaku

AKAN KEHILANGAN


AKAN KEHILANGAN
ku berharap..
kau di sampingku selalu
menemaniku dihariku
hari cerah mau pun gelapku
  telah lama kita bersama
  menghadapi suka duka
  duri bunga kita terima
  tawa tangis kita bersama
ku ingin selalu di sampingmu
dan menemani hidupmu
karena kaulah orangnya
orang yang mengerti diriku
  tapi sebentar lagi itu hilang
  karena kau kan pergi
  tuk menunutut ilmu
  dan tinggalkanku sendiri
pergilah jika itu yang terbaik
ku relakan kau pergi jauh
dan kembalilah saat kau ingin kembali
karena ku setia menunggumu di sini